Kegiatan Budi daya perairan tawar sebagai suatu kegiatan produksi berorientasi pada upaya menyediakan dan memperbanyak benih, menumbuhkan dengan baik, menekan mortalitas, dan meningkatkan mutu hingga dapat dijual dan memperoleh keuntungan. Kegiatan produksi budi daya perairan tawar dilakukan mulai dari pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Pemilihan kegiatan produksi tersebut dapat mempertimbangkan beberapa hal, di antaranya yaitu komoditas, pengusaan teknologi, ketersediaan lahan, modal, dan lainnya.
Sahabat Baraja Farm, dalam pembenihan menjadi awal mata rantai produksi budi daya. Penyediaan benih unggul menjadi tuntutan dan kebutuhan untuk peningkatan produksi budi daya baik lokal, nasional maupun internasional. Pemenuhan tuntutan dan kebutuhan benih unggul perlu diupayakan penerapan sistem manajemen mutu pembenihan yang baik. Pemenuhan kebutuhan benih seringkali terkendala kontinyuitas produksi pada usaha pembenihan karena tingkat kematian yang tinggi saat perkembangan embrio dan larva. Untuk menangani embrio dan larva perlu dipahami karakteristiknya. Pemahaman karateristik akan membantu dalam standarisasi, strategi, dan teknik produksi benih di hatchery.
Sahabat Baraja Farm, jika ingin mempelajari budi daya perairan tawar harus diawali dengan mengetahui pengertian, peranan, ruang lingkup dan perkembangan serta peluang atau tantangan budi daya perairan tawar pada masa kini dan masa depan. Hal tersebut akan membantu pemahaman budidaya perairan tawar secara menyeluruh, yakni bahwa untuk pengembangannya memerlukan keterkaitan dengan bidang ilmu lain, mampu memetakan kondisi dan permasalahan serta pengembangannya.
Pengertian Budidaya Perairan Tawar
Kata budidaya secara harfiah memiliki arti pemeliharaan dan perairan tawar merupakan sumberdaya perairan biotik (hewan atau tumbuhan air) dan abiotik di lingkungan air tawar. Budidaya perairan tawar (freshwater aquaculture) dalam konteks bidang perikanan memiliki arti kegiatan pemeliharaan sumberdaya biota perairan di lingkungan perairan tawar secara terkontrol yang dilakukan oleh manusia. Kegiatan budidaya perairan juga merupakan sebuah kegiatan usaha ekonomi produktif untuk tujuan kesejahteraan.
Dalam kegiatan budi daya perairan tawar pada umumnya dilakukan adalah budi daya ikan, budi daya alga, udang dan beberapa jenis avertebrata lain (cacing). Adapun cakupan kegiatan budi daya perairan tawar cukup luas, akan tetapi teknologi dan penguasaannya membatasi dalam pengembangan di masyarakat.
Kegiatan budi daya perairan tawar memerlukan input pakan, tenaga kerja, dan energi untuk meningkatkan produksi dengan cara memanipulasi pertumbuhan, mortalitas, dan reproduksi dalam lingkup terbatas, baik terbuka maupun tertutup (Soedibya et al., 2015). Proses produksi dilakukan dari usaha pembenihan, pendederan, hingga pembesaran ikan dan output serta output produksi baik berupa telur, larva, benih, ikan remaja, atau induk.
Sejarah Perkembangan Budidaya Perairan Tawar
Sebelum kita membahas ilmu budidaya perairan secara mendalam, marilah kita melihat kilas balik perubahan-perubahan sistem budidaya yang telah mengalami perjalanan yang sangat panjang. Aktivitas budidaya ikan sudah ada sejak zaman kuno kurang lebih tahun 2000 Sebelum Masehi (SM). Menurut Bardach et.al. (1972) mengemukakan bahwa banyak naskah dan bukti yang menuliskan tentang perkembangan budidaya perairan di dunia, antara lain di China pada sekitar tahun 2000 Sebelum Masehi (SM) tentang pemijahan ikan karper dan abad ke 5 SM telah berkembang usaha budidaya perairan.
Pada masa itu, kegiatan pembenihan ikan karper telah dilakukan dan senantiasa dianjurkan oleh pihak kerajaan sebagai usaha yang menguntungkan masyarakat (Li, 1940 dalam Hickling 1971). Budidaya ikan karper kemudian diintroduksi ke benua Eropa sekitar tahun 1150 dan berkembang di seluruh daratan Eropa pada tahun 1860.
Sedangkan pada zaman Mesir Kuno ditemukan relief atau gambar adanya kolam taman dan ikan nila yang sedang ditangkap pemilikinya. Ditemukan kuburan Hieroglif Mesir menunjukkan bahwa Mesir dari Kerajaan Tengah (2052-1786 SM) berusaha membudidaya ikan secara intensif.
Pada pemerintahan Roma juga mengikuti jejak Mesir dengan mengembang- kan praktik budidaya. Mereka diketahui telah membudidayakan tiram atau kerang jenis oysters. Sedangkan budidaya yang diterapkan oleh kerajaan Roma adalah bentuk pertama dari budidaya yang terus berkembang ke dalam beberapa bentuk yang lebih modern. Semua bentuk awal budidaya sangatlah berbeda dengan sebagian besar budidaya yang dilakukan saat ini. Perbedaan utamanya adalah bahwa perikanan budidaya di zaman kuno, ikan yang dipelihara adalah ikan kecil yang diambil dari perairan. Belum ada kegiatan pembenihan. ikan terus dibiarkan bertumbuh dengan menciptakan lingkungan yang sesuai untuk petumbuhannya. Ikan mas, di Cina, ribuan tahun yang lalu dikumpulkan pada fase pembesaran kemudian dipindahkan ke kolam khusus agar mencapai pembesaran ukuran konsumsi. Orang Mesir dan Roma membuktikan usaha ini tidak terbatas pada ikan mas saja tetapi juga jenis organisme akuatik lain seperti ikan nila dan kekerangan.
Peranan Budidaya Perairan Tawar
Pertambahan jumlah penduduk yang relatif cepat menuntut penyediaan bahan makanan yang memadai. Budidaya perairan tawar memiliki peranan yang sangat strategis di antaranya adalah sebagai berikut :
1). Penyediaan sumber protein hewani
Hewan air seperti ikan dan lainnya merupakan sumber protein serta gizi yang sangat baik. Misalnya ikan memiliki gizi tinggi dan murah dibandingkan dari sumber protein lainnya seperti ayam dan daging. Mewabahnya penyakit flu burung (avian influenza) pada unggas, anthraks dan cacing pita pada daging sapi yang membahayakan menjadikan ikan sebagai pilihan utama dan direkomendasikan. Produk perikanan memiliki zat gizi yang dapat menunjang pemenuhan gizi masyarakat. Zat gizi yang terkandung dalam ikan tersebut antara lain asam lemak Omega-3 yang sangat bermanfaat dalam menjaga arteri dari penyumbatan dan menurunkan tekanan darah serta perkembangan otak anak-anak.
2). Peningkatan ketersediaan lapangan kerja dan pendapatan
Budi daya air tawar menjadi sebuah kegiatan usaha yang berkontribusi bagi penyediaan lapangan kerja dan sumber pendapatan, baik secara langsung maupun tak langsung bagi masyarakat.
3). Rekreasi dan keindahan (estetika)
Budidaya air tawar juga banyak dilakukan untuk rekreasi agrowisata seperti pemancingan dan sekaligus sebagai olahraga. Selain itu, budidaya tersebut dapat sebagai elemen keindahan dengan landskap dan pemeliharaan kolam taman atau akuarium yang berisi ikan hias.
4). Pelestarian plasma nutfah
Ikan dari perairan umum hampir mengalami penurunan produksi dan kepunahan karena aktivitas penangkapan berlebih dan pencemaran. Upaya domestikasi dan pembenihan diharapkan dapat untuk penyediaan atau restocking sumberdaya ikan di perairan umum dan pengembangan usaha budidaya.
5). Pengembangan wilayah
Lahan yang masih memadai untuk dikembangkan usaha budidaya ikan air tawar adalah di pedesaan. Usaha budidaya ikan air tawar di pedesaan tentunya membantu dalam pengembangan wilayah desa utamanya infrastruktur, ekonomi, dan kesejahteraan. Wilayah yang saat ini dikembangkan saat ini oleh pemerintah adalah wilayah kawasan minapolitan.
6). Bahan baku obat-obatan
Ikan air tawar dari golongan snakehead seperti ikan betutu, gabus dan toman memiliki kandungan bahan obat albumin yang tinggi. Albumin biasa digunakan untuk pengobatan dan masa pemulihan pasien pascaoperasi.
Perkembangan dan Tantangan Budidaya Perairan Tawar di Indonesia.
Kegiatan budidaya perairan tawar pada masa setelah kemerdekaan hingga tahun 1970 masih belum berkembang dan tingkat konsumsi masyarakat akan ikan masih kurang. Umumnya kegiatan budidaya perairan tawar dikelola masih sangat sederhana dan belum higienis, hanya membuat petakan kolam, memberikan pakan dengan limbah rumah tangga dan terkadang di atasnya terdapat jamban. Ikan-ikan yang dibudidayakan terbatas pada ikan-ikan lokal yang ada di daerahnya seperti ikan mas, tambakan, nilem, tawes, mujair, sepat, gurami, betok.
Teknologi budidaya ikan belum banyak dikenal oleh masyarakat, pemberian pakan tambahan berasal dari dedak atau bekatul, pembenihan sudah dikenal dan dilakukan secara alami serta mengikuti musim pemijahan atau musim penghujan. Pemeliharaan larva dan benih dengan cara memaksimalkan kesuburan perairan kolam dilakukan dengan cara pemupukan menggunakan kotoran ternak. Pengelolaan budidaya dan pemanfaatannya belum diatur dengan baik dan fokusnya untuk pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga atau menjual di daerahnya atau daerah lain hingga pada akhirnya banyak mengenal budidaya ikan.
Mengingat pentingnya konsumsi protein hewani asal ikan, pada tahun 1980-1990 dalam pengembangan budidaya perairan tawar mulai dikenalkan introduksi ikan nila/tilapia dan lele dumbo dari Afrika, sistem budidaya ikan, pakan tambahan berupa pellet, seleksi dan manajemen induk, teknologi pemijahan dengan penggunaan hormon sintesis maupun alami, upaya domestikasi beberapa ikan asli perairan umum baik untuk ikan kosnumsi maupun hias seperti ikan patin, balashark, botia, betutu, bawal, dan lainnya .
Pada abad ke-21, paradigma pengembangan budidaya perairan tawar dikembangkan menjadi sebuah serangkaian sistem usaha atau aquabisnis dan pengembangan industri, meliputi sistem input produksi (sarana dan prasarana produksi), proses produksi (dari pemijahan sampai dengan pembesaran) serta output produksi (pemanenan, pengolahan dan pemasaran). Paradigma tersebut tetap mengedepankan asas untuk mengentaskan kemiskinan, meningkatkan perluasan lapangan kerja dan mengembangkan wilayah.
Sistem akuabisnis yang dikembangkan di masyarakat diperkuat dengan melakukan pengembangan wilayah, kelembagaan, peningkatan sumber daya penyuluh, peningkatan kapasitas pembudidaya dengan pelatihan-pelatihan baik, lokal, regional maupun nasional, peningkatan pendapatan dengan peningkatan keterampilan pengolahan ikan; pemasaran melalui pembentukan kelompok pengolah dan pemasar (Pohlaksar). Pengembangan wilayah dapat dilihat dengan adanyan pengembangan wilayah minapolitan (kota ikan), adanya kelompok pembudidaya ikan (pokdakkan) yang terpisah dari kelompok tani, banyaknya tenaga penyuluh diharapkan dapat mempercepat informasi teknologi budidaya ikan ke masyarakat, keterampilan budidaya dan pengolahan serta memberikan nilai tambah produk ikan.
Permasalahan Dan Tantangan Budidaya Perairan Tawar
Dibalik prospek pengembangan budi daya ikan yang sangat bagus, namun ternyata masih memiliki beberapa permasalahan dan tantangan. Permasalahan dan tantangan yang perlu diperhatikan di antaranya sebagai berikut :
1) Keterbatasan dan penataan lahan
Perkembangan penduduk di Indonesia menyebabkan permintaan lahan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pertambahan penduduk dan luas lahan berbanding terbalik. Permintaan lahan yang meningkat ini makin dirasakan baik di perkotaaan dan perdesaan untuk perluasan pemukiman penduduk dan pembangunan sarana umum.
2) Pemanasan global dan perubahan iklim
Pemanasan global disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat kegiatan manusia seperti penggundulan hutan dan pembakaran fosil. Dampak pemanasan global menyebabkan tidak stabilnya iklim, gangguan ekologis, rusaknya infrastruktur, dan lainnya. Masing-masing dampak tersebut pada akhirnya akan mendatangkan berbagai dampak susulan, baik dalam bidang ekonomi, ekologi, kesehatan, dan sosial-politik. Perikanan budi daya sangat merasakan dampak cuaca atau iklim yang ekstrim karena ikan bersifat poikilotermal yaitu sangat bergantung kepada suhu lingkungan.
3) Tekanan genetik
Berdasarkan potensi genetiknya, terlihat adanya kecenderungan penurunan kualitas genetik dari komoditas unggulan yang dibudidayakan. Kemajuan usaha budidaya tidak diimbangi dengan antisipasi terhadap potensial problem, utamanya inbreeding dan hilangnya strain unggul. Proses seleksi, isolasi dan adaptasi hingga pengoleksian komoditas unggulan kurang diperhatikan. Demikian pula evaluasi terhadap karakterisasi potensi yang muncul. Dalam upaya mempercepat pemanfaatan keanekaragaman hayati ikan ini, pemahaman akan karakterisasi jenis-jenis ikan menjadi penting sebagai dasar dari akuakultur.
4) Teknologi pakan
Pakan merupakan faktor yang menentukan keberhasilan suatu usaha budidaya ikan yang dilihat dari pertumbuhan dan biomassa ikan. Protein menjadi unsur penting dalam pakan untuk meningkatkan pertumbuhan. Akan tetapi, ketersediaan protein masih mengandalkan dari import sehingga menyebabkan harga pakan ikan di Indonesia relatif mahal. Hal tersebut memengaruhi efisiensi produksi dan keuntungan usaha. Oleh karen itu perlu adanya peningkatan pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi dari komoditas yang dibudidayakan termasuk aplikasinya dalam lingkungan budi daya, mengembangkan pakan alternatif dan diet untuk induk, larva dan benih pada setiap spesies sehingga dapat mengoptimalkan produksi, baik pertumbuhan maupun biomassa tanpa memengaruhi lingkungan.
5) Teknologi budidaya ramah lingkungan
Intensitas pembudidayaan umumnya ditingkatkan tahap demi tahap, dengan cara mula-mula meningkatkan padat penebaran, kemudian ditingkatkan sebanding dengan input kuantitas dan kualitas yang diberikan. Pemikiran dalam manajemen lingkungan, diapresiasikan dengan modifikasi - modifikasi lingkungan, dan teknologi pemeliharaan guna mengimbangi masalah-masalah yang timbul.
6) Penyakit
Penggunaan obat-obatan atau bahan kimia lain sebagai pengendali hama dan penyakit pada produk budidaya masih kurang memperhatikan jenis obat yang diizinkan, waktu, dosis maupun lama penyimpanan bahan tersebut. Hal demikian menimbulkan bahaya atau kerugian bagi pembudidaya dan konsumen; mempengaruhi mutu produk dan pada gilirannya akan memmengaruhi nilai jual.
Demikianlah artikel yang berjudul Budidaya Perairan Tawar. Apabila ada kekurangan ataupun kekeliruan dalam penulisan artikel ini, Baraja Farm mengucapkan mohon maaf yang sebesar - besarnya. Silahkan tinggalkan pesan yang bijak pada kolom komentar yang tersedia. Terima kasih sudah mengunjungi, semoga bermanfaat.
Bahan bacaan lainnya, jika membantu tugas sekolah silahkan klik Berbagai Reviews
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan, silahkan klik Pustaka Pengetahuan
Tutorial cara budidaya silahkan klik Baraja Farm Channel
Media sosial silahkan klik facebook.com
0 Komentar