Sahabat Baraja Farm, adapun salah satu upaya meningkatkan produktivitas perikanan budidaya dengan potensi areal yang ada adalah dengan penerapan sistem budidaya. Sistem budidaya perairan yang dikembangkan dapat berdasarkan pengelolaan dan kultivan. Penerapan sistem budidaya dan peningkatan produksi dapat dilakukan dengan cara memperbaiki kombinasi factor - faktor produksi dan pembaharuan teknologi.
Sistem Budidaya Ikan Berdasarkan Pengelolaan
Pada awal perkembangan budidaya perairan tawar, system pengelolaan budidaya ikan yang diterapkan terbatas pada pemanfaatan lahan dan kesuburan perairan. Selanjutnya, mulai dikembangkan sistem budidaya berbasis kultivan/jenis ikan, padat penebaran, dan pakan buatan. Penerapan sistem budidaya ikan di suatu wilayah negara, daerah, kelompok pembudidaya, maupun individu sangat bergantung pada kebijakan atau rekomendasi, tujuan, pilihan, sumberdaya, dan daya dukung yang dimiliki.
Sistem budi daya ikan berdasarkan pengelolaannya meliputi sistem budi daya ekstensif, semi intensif, dan intensif. Karakteristik atau ciri khas masing-masing sistem budidaya ikan berdasarkan pengelolaan adalah sebagai berikut :
1). Budidaya Ekstensif (Tradisional).
Pengelolaan usaha budidaya perairan sistem ekstensif atau tradisional membutuhkan lahan yang relatif luas dan dikelola masih sangat sederhana; tidak memerlukan keterampilan budidaya. Biota yang ditebar terdiri atas berbagai jenis dan padat penebaran yang rendah. Pertumbuhan dan biomassa ikan bergantung pada kesuburan perairan, dalam hal ini ketersediaan pakan alami, baik phytoplankton maunpun zooplankton. Pemanfaatan air untuk pengisian dan pergantian air kolam serta kerentanan akan serangan penyakit sangat rendah. Biaya produksi yang diperlukan untuk menerapkan sistem budidaya ekstensif ini tidak tinggi karena pembudidaya hanya memerlukan biaya awal untuk membeli benih ikan jika langsung dibudidayakan tanpa campur tangan manusia atau perlakuan teknologi tertentu. Akan tetapi sistem budidaya ini memiliki banyak kelemahan, yaitu hasil panen kurang optimal dan kemungkinan tingkat kematian yang tinggi.
2). Budidaya Semi Intensif.
Sistem budidaya ikan semi intensif merupakan system budidaya peralihan antara sistem budidaya esktensif dan sistem budidaya intensif. Pengelolaan usaha budidaya perairan semi intensif merupakan perbaikan dari pola ekstensif sehingga sering disebut pola ekstensif yang diperbaiki. Produksi per unit sistem semi-intensif mulai meningkat seiring penambahan kepadatan ikan yang dipelihara walau penggunaan lahan atau ukuran kolam yang tidak terlalu luas. Peningkatan pertumbuhan dan produksi biomassa ikan peliharaan mulai dilakukan dengan penambahan pakan buatan yang berasal dari bahan baku pakan, yaitu tepung atau minyak ikan. Penambahan pakan buatan mulai membutuhkan keterampilan manajemen usaha dan pengelolaan limbah dengan penerapan pergantian akibat penumpukan sisa-sisa pakan.
3). Budidaya Intensif.
Sistem budidaya ikan intensif dicirikan membutuhkan lebih banyak input produksi terutama benih dan pakan pada lahan terbatas yang disesuaikan dengan daya dukung lahan. Pada sistem budidaya ikan intensif, keberadaan dan ketergantungan terhadap pakan alami sangat dibatasi sehingga pakan buatan menjadi satu- satunya sumber makanan yang diberikan secara teratur. Penerapan sistem intensif menuntut manajemen dan keterampilan yang lebih baik karena tingginya konsentrasi nitrogen terutama ammonia dalam air yang berasal dari pakan, sisa pakan, dan hasil metabolisme ikan. Penggunaan sarana prasarana produksi seperti aerator, kincir, pompa, vaksin, vitamin, peralatan pengukuran kualitas air, obat-obatan, dan lainnya sangat penting untuk mendukung keberhasilan usaha budidaya ikan.
Contoh aplikasi penerapan sistem budidaya ikan secara intensif ialah budidaya pada kolam air deras (running water system, RWS), keramba jaring apung (cage culture), kolam bulat, budidaya sistem bioflok dan sistem resirkulasi (recirculation aquaculture system, RAS). Sistem budidaya intensif yang diterapkan harus senantiasa memperhatikan daya dukung, kelestarian, dan kesehatan lingkungan. Hal ini disebabkan oleh limbah organik hasil sisa pakan dan metabolisme yang didominasi senyawa nitrogen beracun yang menimbulkan bau tidak sedap bahkan dapat memengaruhi kualitas daging ikan yang kurang baik (Purnomo, 2012). Soedibya dan Listiowaty (2014) telah melakukan menerapkan sistem budidaya ikan lele intensif yang ramah lingkungan dan dipelihara dalam kolam bundar kapasitas 1800 liter kepadatan 1.000 ekor per wadah dari ukuran benih 3 cm dengan teknologi bioflok. Hasilnya, selama 1 bulan pemeliharaan pertumbuhannya meningkat dari 4,475 g menjadi 11,4 g.
Pramono et.al. (2014) juga melaporkan hasil aplikasi teknologi bioflok dengan benih ukuran 3 cm dan kepadatan 1000 ekor yang dipelihara selama 70 hari menghasilkan konversi pakan (FCR) sebesar 0,80-0,98 dan biomassa panen 102 kg. Hasil produksi teknologi bioflok ini lebih besar dibandingkan dengan budidaya yang dilakukan secara tradisional yang hanya mampu memproduksi 80 Kg.
Sistem Budidaya Ikan Berdasarkan Kultivan
Penerapan sistem budidaya juga dilakukan berdasarkan kultivan/ikan peliharaan. Sistem budidaya ikan yang dikenal adalah monokultur dan polikultur.
1). Monokultur
Monokultur berasal dari kata mono yang berarti satu dan culture berarti budi daya. Monokultur berarti budidaya dengan satu jenis ikan dalam satu kolam pemeliharaan. Jenis ikan yang dipelihara dapat disesuaikan dengan kesukaan masyarakat dan tentunya yang laku di pasaran. Sistem monokultur memiliki beberapa keunggulan, di antaranya pemeliharaan lebih fokus, pemberian ransum pakan lebih mudah karena setiap jenis ikan berbeda kebutuhan nutrisinya, dan minimum dalam persaingan pakan dan ruang.
Pemeliharaan jenis ikan dalam sistem monokultur dapat didasarkan pada makanannya, yaitu ikan herbivora (pemakan tumbuhan), carnivora (pemakan hewani), omnivora (pemakan tumbuhan dan hewan). Ikan herbivora contohnya ikan tawes, ikan nilem, dan ikan tambakan; ikan carnivora seperti ikan lele, ikan belut, ikan gabus, ikan belida yang biasanya memakan serangga, udang, dan hewan lainnya; ikan omnivora contohnya ikan nila, ikan bawal, dan ikan mas, ikan patin, ikan gurami.
2). Polikultur
Polikultur berasal dari kata poli yang artinya banyak dan culture berarti budidaya. Polikultur berarti budidaya dengan kombinasi jenis ikan dalam satu kolam pemeliharaan. Prinsip pemeliharaan ikan pada sistem polikultur adalah bahwa berbagai jenis ikan membutuhkan jenis makanan berbeda sehingga setiap jenis ikan tidak akan bersaing dalam mencari makanan ataupun ruang. Sistem polikultur sudah barang tentu mampu meningkat- kan produksi ikan dibandingkan dengan sistem monokultur. Penentuan kombinasi jenis ikan yang paling efektif dalam memanfaatkan makanan alamiah yang tersedia di kolam perlu diteliti lebih lanjut. Kombinasi jenis ikan mempertimbangkan kebiasaan makan, sifat, dan relung hidupnya di perairan.
Kombinasi ini dimaksudkan untuk memanfaatkan seluruh makanan yang sifatnya alamiah di dalam kolam secara efektif dan efisien. Sebagai contoh pemilihan kombinasi dengan melihat jenis ikan yang mempunyai daerah operasi mencari makanan di permukaan, tengah dan dasar perairan kolam. Kombinasi jenis- jenis ikan yang dipelihara dapat dihitung dengan persentase dari total kepadatan ikan yang akan ditebar pada satu ukuran yang sama atau berbeda. Misalnya ditentukan kombinasi polikultur ikan tambakan 50%, nilem 20%, mas 20% dan tawes 10% atau ikan tambakan 37%, nilem 12%, mas 12% dan tawes 37% atau ikan tawes 40%, nilem 10%, mas 20% dan tambakan 30%.
Polikultur juga dapat dilakukan dengan kombinasi ikan yang berbeda ukuran dalam satu jenis. Hal ini dimaksudkan karena setiap ukuran ikan memiliki jenis makanan yang berbeda meskipun ikan tersebut berasal dari satu jenis yang sama. Sebagai contoh adalah ikan mas yang berukuran kecil biasanya hidup di permukaan air dan makan plankton, sedangkan ikan mas yang berukuran besar lebih menyukai hidup di dasar perairan dan mencari makanan dengan cara mengaduk-aduk dasar kolam.
Penerapan sistem polikultur memiliki beberapa keunggulan apabila dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut di atas. Keunggulan dari sistem polikultur antara lain adalah :
- Efisien dalam pemanfaatan lahan karena dalam satu satuan luas lahan yang sama dapat dipelihara banyak jenis ikan.
- Produksi kolam secara keseluruhan akan meningkat.
- Makanan alamiah yang tumbuh di kolam termanfaatkan oleh ikan secara efektif dan efisien.
- Ikan yang dipelihara tidak mudah terserang penyakit.
- Waktu pemeliharaan relatif lebih singkat
Demikianlah artikel yang berjudul Sistem Budidaya Ikan Berdasarkan Pengelolaan Dan Kultivan. Apabila ada kekurangan ataupun kekeliruan dalam penulisan artikel ini, Baraja Farm mengucapkan mohon maaf yang sebesar - besarnya. Silahkan tinggalkan pesan yang bijak pada kolom komentar yang tersedia. Terima kasih sudah mengunjungi, semoga bermanfaat.
Bahan bacaan lainnya, dapat membantu tugas sekolah klik Berbagai Reviews
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan, silahkan klik Pustaka Pengetahuan
Tutorial cara budidaya silahkan klik Baraja Farm Channel
Media sosial silahkan klik facebook
0 Komentar